Friday 2 March 2012

Umat Islam Indonesia Dalam Dakwah Global

1. Mukadimah 

Alhamdulillahi robbil alamin, washsholatu wassalamu ala nabiyinal karim Muhammad r wa ala alihi wa ashabihi wa manittaba’ahu bi ihsanin ila yaumiddin. Perkembangan jaman yang cepat dan persaingan hidup yang semakin ketat membuat banyak manusia lupa akan ajaran agama. Hal ini tentunya merupakan pekerjaan rumah bagi para da’i untuk memberikan obat yang pas guna mengobati penyakit yang kronis ini.
Terkhusus negara kita Indonesia, para da’i dan da’iyahnya memiliki cukup ruang gerak dan potensi untuk andil dalam dakwah global. Dalam makalah ini penulis memaparkan berbagai hal berkenaan potensi dan peluang itu bagi para dai Indonesia untuk ikut berperan aktif dalam amal islami ini.


2. Peran Strategis Umat Islam Indonesia

Umat islam Indonesia memiliki tempat yang cukup strategis untuk tampil cantik dalam dakwah global. Karena pada dasarnya islam mampu mencapai seluruh golongan dan etnis tanpa terkecuali, sebagaimana istilah yang kita kenal, islam rahmatan lil alamin. Sehingga hakikatnya islam akan selalu cocok dengan tipe manusia dimana dan kapanpun.
K.H. Toto Tasmara mengatakan, “kita mengenal sebuah ungkapan: ‘Al-Islam shalih li kulli zaman wal makan, islam itu sesuai dalam setiap zaman dan tempat.’ Hal ini menunjukkan bahwa islam senantiasa membuka diri untuk menerima berbagai hal, pengalaman, ilmu dan inovasi yang saleh (tidak bertentangan dengan misi islam). Apakah misi islam itu? Misi islam tidak lain adalah memberikan ‘salam’ sehingga budaya islam mempunyai karakteristik yang amat khas, yaitu menggali seluruh potensi dunia, merangkai pengalaman masa lalu untuk melahirkan sebuah ‘karya budaya’ yang memberikan nilai-nilai kesejahteraan, kedamaian bagi umat manusia dan alam (humanism and enviromentalism). Itulah sebabnya, berulang kali kita sebutkan misi kita untuk menyebarkan rahmat dan menempatkan diri sebagai lampu yang berbinar (sirajan muniran).”
Maka umat islam bisa mendakwahkan islam pada masyarakat dengan esensi islam yang haq. Allah berfirman,

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl: 125)
Ibnu Jarir mengatakan tentang ayat ini bahwa segala yang turun padanya (Muhammadr) –yang tertera- dalam As-Sunnah dan dengan mauizoh hasanah itu selalu sesuai dengan waqi’ (keadaan) manusia.

3. Tempat Strategis Untuk Berdakwah
Dalam berdakwah tentunya ada tempat yang paling tepat dan cepat untuk menyebarluaskan pemikiran ini. Di antaranya adalah dunia kampus atau perguruan tinggi. Di sini nuansa akademik dan intelektualnya lebih terbuka bagi umat islam khususnya para cendikiawan untuk mengemukakan pendapat.
DR. Chairil Anwar mengatakan, “perguruan tinggi yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan untuk memasyarakatkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih/iptek. Juga menjadi sumber untuk mencetak kader bangsa dan sarana dakwah. Sejak tahun 1970-an, bukan main perhatian para mahasiswa dan dosen terhadap islam. Mereka tidak malu-malu lagi menunjukkan identitas keislamannya, isyhadu bianna muslimun, dan masjid sebagai sentral kajian keislaman selalu dipenuhi massa. Dua tempat yang dikenal mempunyai nilai sejarah yang strategis dalam menyemarakkan kegiatan dakwah islamiah di kampus yaitu masjid Salman ITB dan gelanggang mahasiswa Shalahuddin UGM. Kedua kampus yang dikenal sebagai kampus ‘sekuler’ ini ternyata bisa melahirkan cukup banyak da’i yang disegani pada skala nasional.”

4. Dakwah Islam yang Toleran

Saat islam masuk ke negara Indonesia, pada waktu itu masih dalam bentuk kerajaan-kerajaan yang tersebar di seluruh nusantara, banyak penduduk yang mau masuk islam secara suka rela, karena islam yang datang bersama para pedagang arab yang alim itu bermuatan toleransi yang indah. Segala yang ada dalam islam disesuaikan dengan waqi’ atau keadaan masyarakat sehingga mereka bisa menerima islam tanpa paksaan sama sekali.
DR. Chairil Anwar mengatakan, “ketika islam masuk dan diterima oleh sebagian besar penduduk kepulauan nusantara, pendekatan kultural yang digunakan oleh para da’i adalah pendekatan kultural yang mendapat prioritas utama. Hal ini memunculkan ungkapan yang sering dilontarkan banyak orang bahwa (ajaran) islam terlalu kompromistis terhadap budaya lokal sehingga mudah mengalami domestikasi atau pelokalan. Memang, akan selalu terjadi proses akulturasi antara nilai-nilai islam yang universal dengan nilai-nilai lokal yang sudah dipraktekan ratusan bahkan ribuan tahun oleh penduduk setempat. Maka tidak heran bila kita mengenal tradisi sekatenan yang setiap tahun diadakan oleh kraton Yogyakarta dan Solo. Kata sekaten berasal dari lafal syahadatain yang berarti dua kalimat syahadat. Setiap pelaksanaan perayaan sekaten, masjid menjadi sentral upacara melalui acara seremonial gamelan dan gunungan.”
Dengan muatan ajaran islam yang rahmatan lil alamin dan selalu pas dalam setiap jaman, maka tidak akan sulit bagi umat islam untuk tampil dan berdakwah menyebarkan islam ke seluruh penjuru dunia.
Berpijak pada pengalaman para da’i pendahulu di negeri kita yang pandai menyebarkan dakwah hingga atsarnya bisa kita rasakan sampai hari ini, bukan tidak mungkin kita bisa memperluas dan meneruskan estafet dakwah menuju dunia global.

5. Sarana Dakwah

Banyak potensi yang ada dalam umat islam indonesia untuk berdakwah, di antaranya adalah kebijakan pemerintah yang membuka kebebasan pers untuk mengekspresikan dan mengapresiasikan pendapat, da’i yang bisa bebas berdakwah ke mana dan siapa pun dan tersebarnya banyak pondok pesantren, universitas islam yang baik yang tentunya akan menghasilkan para alumni yang bisa diandalkan untuk berperan aktif dalam dunia dakwah.
Terkhusus dalam dunia pers Bambang Trim mengatakan, “ustadz dan ustadzah itu kan orang berilmu, sudah semestinya mereka menuliskan ilmunya. Tentu saja agar ilmunya bisa diawetkan sepanjang masa; ia juga bisa menghadapi ghazwul fikri lewat tulisan; ia pun memiliki kreativitas dakwah yang baik.”

6. Penutup
Dengan segala sarana yang ada, peninggalan dakwah para pendahulu islam Indonesia dan nama baik yang kita punya, akan mempermudah jalan kita untuk ikut andil dalam dunia dakwah global. Apalagi dengan status sebagai mayoritas agama di antara agama-agama lain di negeri ini, tentunya akan menjadi modal tersendiri yang bisa mengangkat mental kita dan membuat segan masyarakat. Dan semoga Allah ta’ala meridhoi dan mempermudah jalan kita untuk menyebarkan agama ini, amin. Wallahu ‘alam.


sumber : http://nugrohotangerang.wordpress.com/2011/07/30/umat-islam-indonesia-dalam-dakwah-global-oleh-wahyu-nugroho/

No comments:

Post a Comment